Dosen FISIP UNTAG Surabaya Dra. Rachmawati Novaria, MM berkesempatan mengikuti Visiting World Class Professor 2016 yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti bekerjasama dengan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4). Kegiatan yang bertempat di Gedung D Kemenristekdikti Jl. Soudirman Pintu Satu, Jakarta tersebut mengundang 40 profesor diaspora ke 29 perguruan tinggi di Indonesia selama sepekan (19 sampai 24 Desember 2016).
“Para ilmuwan dan profesor diaspora menjadi guest lecture di perguruan tinggi tujuan masing-masing. Para ilmuwan dan profesor yang didatangkan merupakan warga negara Indonesia,” kata Dra. Novaria saat dikonfirmasi warta17agustus.com di kantornya, Selasa (4/1/2017).
Program kunjungan profesor diaspora kemarin, jelas dia, terbagi dalam tujuh kelompok keilmuan yakni; (1) ketahanan pangan; (2) energi baru terbarukan, (3) kesehatan dan obat-obatan; (4) pertahanan dan material maju; (5) teknologi, informasi, dan komunikasi; (6) politik, sosial, ekonomi, seni, dan budaya; dan (7) kemaritiman.
“Selama mengikuti visiting world class professor banyak pengalaman pengalaman dan tambahan ilmu, serta networking yang saya dapatkan, karena yang datang profesor dunia dari Indonesia. Mereka juga menjadi reviewer jurnal internasional,” ujar Kepala Laboratorium Kewirausahaan itu.
Dra. Novaria menambahkan, para professor diaspora juga membagi pengalaman mereka kepada peserta visiting world class professor tentang strategi menulis jurnal agar bisa masuk di jurnal internasional yang bereputasi.
“Agar bisa masuk jurnal internasional tulisan memang harus bagus, judul tidak harus panjang tetapi bisa simple dan menarik, sehingga mudah ditemukan di mesin pencari. Selain itu, yang penting juga adalah tulisan harus mengikuti tata bahasa jurnal yang kita tuju, karena masing-masing jurnal memiliki gaya yang berbeda,” jelasnya.
Program Visiting World Class Professor kali ini bertema ‘Menyalakan Indonesia di Peta Ilmu Pengetahuan Dunia, Sumbangsih Ilmuan Indonesia Untuk Ibu Pertiwa’ dan dihadiri oleh profesor dari Amerika Serikat, Jerman, Belanda, Australia, Inggris, Arab Saudi, Qatar, Jepang, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.