Realisasi program Pengabdian kepada Masyarakat Hibah Perguruan Tinggi Tahun 2025 hadir secara nyata di tengah komunitas seni lokal Surabaya. Tim dosen dan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya memilih pendekatan yang unik dan menyentuh, menggabungkan nilai-nilai kebangsaan dengan seni tari tradisional dan permainan edukatif di Sanggar Tari Puspa Dewi, Medokan Ayu, Rungkut Surabaya.
Mengusung tema “Pengembangan Sanggar Tari Puspa Dewi Surabaya dengan Patriotisme Tradisional pada Penari Anak”, tim yang diketuai oleh Dr. Tomy Michael, S.H., M.H. berupaya menanamkan semangat patriotisme sejak usia dini melalui cara-cara yang menyenangkan dan dekat dengan keseharian anak-anak.
Sanggar Tari Puspa Dewi Surabaya dipilih untuk kegiatan ini karena ingin turut serta mengenalkan kebudayaan yang selaras dengan perkembangan terkini.
“Pembentukan karakter penari anak adalah kekhususan yang tidak terdapat di sanggar tari lainnya termasuk sudah mendapatkan penghargaan yang menunjukkan eksistensinya,” tutur Dr. Tomy (6/5/25)
Dr. Tomy menekankan bahwa pentingnya menyelaraskan semangat patriotisme dengan pendekatan budaya yang relevan bagi generasi muda.
“Tema ini selaras dengan Kampus Merah Putih Untag Surabaya dimana teatrikal patriotisme tidak sekadar luapan kata-kata. Ia bisa diterapkan dalam wujud yang lebih modern melalui penari anak dan mendukung undang-undang pemajuan kebudayaan,” imbuhnya
Bersama dua dosen Ilmu Hukum lainnya, Wiwik Afifah, S.Pi., S.H., M.H. dan Dr. Syofyan Hadi, S.H., M.H., serta didukung oleh mahasiswa magister dan sarjana, yaitu Muhamad Khoirul Ma’arif, Fransiscus Nanga Roka, Anam Imam Aulia, Zidniy Ma Naviah, dan Alienda Maulidiantie, tim ini menyusun dua rangkaian kegiatan utama, permainan Ular Tangga Nusantara dan pertunjukan tari bertema patriotisme.
Permainan Ular Tangga Nusantara digelar pada hari Sabtu, 26 April 2025, menjadi pembuka dari rangkaian kegiatan pengabdian.
“Permainan Ular Tangga Nusantara adalah bagian awal dalam penerapan patriotisme bagi penari anak. Permainan ini secara kognitif memberikan dampak bahwa identitas bangsa menjadi bagian penting yang harus diketahui, misalnya saja siapakah Raja Majapahit? Permainan yang sangat edukatif ini ternyata memberikan perspektif baru bagi penari anak karena tarian-tarian itu sudah ada sejak lampau,” terang Dr. Tomy
Bagi Dr. Tomy dan timnya, kegiatan ini lebih dari sekadar menjalankan tanggung jawab akademik. Ini adalah bentuk kontribusi nyata terhadap masyarakat dan masa depan bangsa.
“Harapannya tentu saja mengembalikan kelenturan berbudaya di era kecerdasan buatan. Para penari anak dibawa menjadi individu patriotik yang bangga akan budayanya. Setidaknya mewarnai kehidupan di masyarakat dengan gerakan lentur mereka maka budaya semakin menarik dipelajari,” tutup Ketua Pengabdian tersebut
Antusiasme para peserta, khususnya penari anak-anak, tampak jelas selama permainan berlangsung. Mereka mengikuti setiap sesi dengan penuh semangat dan keceriaan. Salah satu penari bahkan menyampaikan pendapatnya dengan antusias.
“Seru banget, menambah wawasan. Kalau ada hadiahnya pasti lebih seru lagi,” tukasnya (26/4/25)
Ibu Rofiqoh, salah satu orang tua penari juga memberikan respons positif terhadap kegiatan ini. Selain mendukung sepenuhnya keikutsertaan anak-anak mereka, beberapa mengaku terkesan dengan pendekatan yang digunakan
“Anak-anak jadi punya wawasan yang lebih luas,” ungkap Rofiqoh (26/4/25)
Sementara itu, pertunjukan tari tradisional bertema patriotisme direncanakan sebagai kegiatan lanjutan dan akan digelar di Plaza Proklamasi Untag Surabaya. Seluruh rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat ini tidak sekadar menjadi rutinitas akademik, tetapi merupakan bentuk nyata keterlibatan sivitas kampus dalam membangun karakter generasi muda.
Reporter