Mahasiswa Fakultas Teknik Untag Surabaya sabet Juara 2 dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Lintas Organisasi Mahasiswa (Ormawa) 2024 yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Farmasi Universitas Negeri Malang.
Tim yang terdiri dari Wiranti Kusuma Dewi, Wandah Widyantika, mahasiswa Teknik Industri, serta Yudha Putra Aprilianto, mahasiswa Teknik Informatika, mengangkat tema teknologi dalam karya ilmiah mereka berjudul ‘Biofermex: Optimalisasi Pembuatan Pupuk Organik Berbasis Teknologi Enzimatik dan Bioreaktor Multifase untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas Pertanian’.
Kary aini menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan dalam produksi pupuk organik.
Kompetisi ini berlangsung pada 5-6 Oktober 2024. Kompetisi ini menjadi fokus tim untuk mendalami dalam bidang penulisan ilmiah yang dapat mengasah kemampuan analisis yang kritis dan kreatif. Selain itu, karya tulis ilmiah menjadi menarik dengan ditawarkannya tantangan yang bersifat intelektual demi menyelesaikan masalah yang relevan di masyarakat.
“Bidang ini (penulisan ilmiah) menuntut kami untuk berkemampuan berpikir kritis, analitis, dan kreatif dalam menuangkan ide ke dalam tulisan ilmiah. Hal ini menjadi tantangan menarik untuk mengasah kemampuan berpikir logis dan berkontribusi pada solusi nyata,” ucap Wiranti (16/11)
Wandah, mahasiswa Teknik Industri Untag Surabaya, menambahkan bahwa partisipasi dalam lomba bertujuan untuk memperluas wawasan, menambah pengalaman dalam membangun kinerja dan kontribusi guna membantu masyarakat.
“Untuk memperluas wawasan dalam bidang yang diangkat, membangun pengalaman kompetisi di tingkat akademis, meningkatkan kemampuan menulis ilmiah, serta memberikan kontribusi berupa solusi yang bermanfaat bagi masyarakat melalui gagasan inovatif,” imbuhnya
Proses mencapai kejuaraan ini tidak tanpa tantangan, terutama dalam pengolahan data penelitian dan persiapan presentasi yang bertepatan dengan Ujian Tengah Semester (UTS).
“Saat mengolah data penelitian dengan pendekatan yang relevan dan ketika merancang solusi inovatif yang dapat diterima dalam konteks ilmiah dan praktis. Selain itu, kami memiliki tantangan dalam persiapan dalam presentasi karena waktu bertepatan dengan dengan UTS (Ujian Tengah Semester),” tambah Wandah (16/11)
Sementara itu, Yudha mengungkapkan kebanggannya atas pencapaian ini meskipun menghadapi kendala, seperti mencari ide inovatif, dan hingga keterbatasan waktu dalam penelitian.
“Perasaan saya bangga, penuh syukur, dan memberikan motivasi untuk terus berkarya dan berkontribusi lebih baik lagi di masa depan. Tetapi, adanya tantangan terbesar dibalik ini semua, adalah ketika proses menemukan ide yang inovatif namun tetap relevan dengan tema yang diberikan. Hambatan bagi saya, adalah keterbatasan waktu dan sumber daya untuk melakukan penelitian mendalam,” ungkapnya (16/11)
Untuk mengatasi berbagai hambatan, tim melakukan pembagian tugas secara efektif dan diskusi intensif. Wiranti menyampaikan hal-hal yang mereka lakukan dalam menyatukan pemikiran dengan hasil yang memuaskan dan membanggakan almamater universitas.
“Problem solving-nya dengan cara membagi tugas secara efektif dan melakukan diskusi intensif lagi untuk mencapai kesepahaman dan menyatukan ide serta pemikiran yang berbeda-beda,” tukas Wiranti
Hery Murnawan, S.T., M.T, Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Teknik Industri, dalam wawancaranya menjelaskan bahwa inovasi pupuk yang membantu petani di desa telah disebarkan dan diimplementasikan ke beberapa daerah di Jawa Timur.
“Inovasi yang kita bantu untuk para petani di desa sudah tersebar di daerah Blitar, Lumajang, Nganjuk. Setelah itu kita akan sebar lagi lebih luas dan mengenalkan inovasi pupuk kita ke daerah lainnya,” ucap Hery Murnawan (16/11)
bahwa mengenalkan dan meyakinkan petani adanya inovasi pupuk tersebut menjadi salah satu kendala yang dialaminya.
Namun, tantangan besar adalah meyakinkan dan mengenalkan para petani dengan adanya inovasi pupuk, peralihan dari pupuk kimia ke pupuk organik.
“Kita mencoba meyakinkan dan mengenalkan mindset petani dari penggunaan pupuk kimia ke pupuk organik itu tidak mudah. Mereka tidak percaya dengan resiko rugi yang sudah mereka pikirkan. Mengubah mindset tidak semudah yang kita bayangkan karena kalau mereka tidak tahu persis kondisi lapangan ya tidak akan pernah percaya. Jadi kita harus buktikan agar mereka (petani) bisa melihat langsung hasilnya,” tambahnya
Hery berharap inovasi ini dapat diterapkan lebih luas di berbagai daerah pertanian untuk membantu petani meningkatkan produktivitas dengan risiko minim.
“Kedepannya akan diterjunkan lagi ke beberapa daerah agar pupuk organik ini bisa digunakan para petani dengan resiko yang minim namun di sisi lain mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan menggunakan pupuk kimia seperti biasanya,” tutupnya (Arvina)