Menjelajahi budaya tak harus selalu lewat buku pelajaran. Itulah yang diterapkan oleh SMA 17 Agustus 1945 (SMATAG) Surabaya melalui agenda tahunan mereka yaitu Studi Budaya, yang tahun ini dilaksanakan di Pulau Dewata, Bali.
Studi Budaya berlangsung selama lima hari empat malam, mulai 23 Mei hingga 27 Mei 2025. Kegiatan ini menjadi penutup penuh makna bagi siswa kelas 12 sebelum mereka resmi menyelesaikan masa belajar di jenjang SMA.
Robet Ajisanta, S.Pd., M.Pd., selaku wali kelas dan guru pendamping, menjelaskan bahwa para siswa diajak menyelami kekayaan budaya Bali yang masih autentik.
“Kita studi budaya, lima hari empat malam. Setiap tahun memang Bali jadi tujuan, karena budayanya yang masih kuat dan belum banyak tercampur seperti di daerah lain,” tutur Robet (28/5)
Pada hari pertama, para siswa mengunjungi Desa Panglipuran, salah satu desa adat yang terkenal akan kebersihan dan pelestarian tradisi lokalnya. Di sana, siswa tidak hanya diajak berjalan-jalan, tetapi juga diajak memahami alasan desa ini dijadikan desa wisata dan bagaimana masyarakat setempat menjaga nilai-nilai budaya secara turun-temurun.
Malam harinya menjadi momen istimewa. Acara pelepasan siswa kelas 12 dikemas dalam nuansa prom night, di mana setiap kelas menampilkan pertunjukan seni sebagai bentuk penghormatan kepada guru dan perpisahan kepada teman-teman seangkatan. Suasana haru dan kebersamaan mewarnai malam penuh kenangan tersebut.
Kegiatan budaya berlanjut ke Garuda Wisnu Kencana (GWK). Di sini, para siswa belajar tentang karya besar pematung legendaris Nyoman Nuarta, serta menyaksikan pertunjukan tari Kecak yang penuh makna spiritual.
Hari terakhir diisi dengan kunjungan ke Bedugul, ikon budaya yang menghiasi uang pecahan Rp50.000. Meskipun hujan gerimis membatasi aktivitas, para siswa tetap menikmati suasana khas pegunungan Bali.
Selain kunjungan budaya, siswa juga mendapat waktu bersantai di Pantai Pandawa dan Tanjung Benoa. Destinasi yang dipilih sengaja dibatasi agar siswa tidak kelelahan dan dapat menikmati perjalanan dengan lebih nyaman.
“Tidak ada kendala selama kegiatan. Bahkan kepala sekolah mengapresiasi bahwa angkatan tahun ini adalah angkatan paling disiplin. Bisa menata acara dengan baik dan tertib dari awal sampai akhir,” ujar Robet dengan bangga
Ia juga menyampaikan harapannya agar para siswa dapat menjaga nama baik almamater setelah lulus.
“Semoga mereka berkembang, menjadi pribadi yang baik, dan sukses di masa depan,” jelasnya
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa pembelajaran tidak hanya terbatas di dalam kelas. Dengan pendekatan langsung terhadap budaya, SMATAG Surabaya telah memberikan pengalaman belajar yang hidup dan menyentuh, sebuah warisan berharga bagi para generasi muda yang akan melangkah ke jenjang berikutnya. (Boby)