Untag Surabaya melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) menggelar Seminar bertema "Revitalisasi Peran Dosen dalam Mewujudkan Asta Cita Nasional Melalui Inovasi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat" di Auditorium Lt.6 Gedung Ing Soekonjono, Jumat (25/4/25).
Kegiatan ini merupakan bagian dari program rutin pengembangan kapasitas dosen dan dihadiri sivitas akademika, mulai dari dosen, mahasiswa, pimpinan universitas, hingga perwakilan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Dalam sambutannya, Ketua LPPM Untag Surabaya, Aris Heri Andriawan, S.T., M.T menyampaikan apresiasinya atas semangat sivitas akademika.
“Dengan semangat dari Bapak Ibu sekalian, Untag Surabaya saat ini sudah mencapai klaster utama di LPPM, dan kami memiliki niat serta semangat bersama untuk menuju klaster mandiri. Mohon dukungan dan support berkelanjutan dari kementerian untuk Untag Surabaya,” ungkapnya (25/4)
Aris juga melaporkan secara singkat terkait berbagai hibah yang telah diperoleh kampus.
“Kami pernah mendapatkan hibah Kedaireka untuk Pengembangan Inovasi Pembelajaran, hibah Kedaireka untuk Pembinaan Indutri Rumah Tangga dan Usaha Mikro (IRT-UM), LPDP, Praktisi Mengajar, PKKM, PMM. Dari kegiatan-kegiatan tersebut, dukungan pendanaan dari kementerian memberikan tambahan luaran yang bisa kami peroleh sehingga dapat menjadi bagian dari isian kinerja lembaga. Itu yang memberikan semangat bagi kami,” jelas Aris
Rektor Untag Surabaya, Prof. Dr. Mulyanto Nugroho, M.M., CMA., CPA., dalam sambutannya menekankan pentingnya inovasi berkelanjutan di lingkungan perguruan tinggi.
“Seiring dengan kemajuan, inovasi tidak hanya disupport oleh dana internal, tetapi juga harus didukung oleh dana eksternal tiap tahunnya untuk penelitian dan pengabdian. Kita harus meningkatkan proses, kita harus meningkatkan inovasi kita,” ujarnya (25/4)
Saat ini, Untag Surabaya telah menempati klaster utama nasional dalam bidang penelitian dan terus berupaya untuk segera melangkah ke klaster mandiri. Dukungan kementerian melalui tambahan luaran penelitian turut memperkuat langkah kampus dalam pengembangan riset dan inovasi.
Kegiatan ini menghadirkan Prof. apt. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D., Direktur Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ditjen Riset dan Pengembangan Kemdiktsainteks, sebagai narasumber utama.
“Pendidikan adalah investasi paling nyata, dan inovasi menjadi roh kehidupan, terutama dalam dunia pendidikan. Satu kepala dan banyak kepala yang memikirkan satu permasalahan tentu akan lebih afdol jika dipikirkan bersama,” jelas Prof. Ketut
Selain itu, ia juga menjelaskan program Riset dan Pengembangan serta konsep Asta Cita. Terdapat delapan Asta Cita yang dibangun oleh Dikti Saintek, khususnya Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan:
1. Asta Cita 1, Memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi, dan Hak Asasi Manusia (HAM).
2. Asta Cita 2, Memantapkan sistem pertahanan keamanan negara serta mendorong kemandirian melalui swasembada pangan, energi, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.
3. Asta Cita 3, Meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan melanjutkan pengembangan infrastruktur.
4. Asta Cita 4, Memperkuat pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.
5. Asta Cita 5, Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.
6. Asta Cita 6, Membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan.
7. Asta Cita 7, Memperkuat reformasi politik, hukum, dan birokrasi, serta memperkuat pencegahan dan pemberantasan korupsi, narkoba, judi, dan penyelundupan.
8. Asta Cita 8, Memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan alam, budaya, serta meningkatkan toleransi antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
“Dengan memiliki karakter budaya ilmiah yang unggul, kita harus bangga menjadi peneliti, pengabdi, dan pendidik. Ini merupakan kontribusi nyata kita. Bapak dan Ibu ada di frontline, di barisan terdepan untuk melakukan edukasi. Karena Bapak Ibu adalah SDM yang excellent, yang memiliki tugas penting untuk mengedukasi masyarakat, termasuk dalam kebijakan publik,” tegas Prof. Ketut
Ia juga mengingatkan bahwa membangun fasilitas fisik saja tidak cukup.
Disampaikan pula bahwa membangun fasilitas fisik saja tidak cukup, karena tanpa sumber daya manusia yang mampu mengoperasikan atau memahami penggunaannya, gedung megah lengkap dengan instrumen canggih sekalipun tidak akan lebih dari sekadar benda mati. Peran dosen pun ditegaskan sebagai bagian yang sangat vital dalam upaya tersebut.
Acara ini menjadi momentum bagi dosen dan mahasiswa Untag Surabaya untuk menggali ide baru, memperluas jejaring kolaborasi, serta mendorong implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi secara inovatif dan berdampak nyata, sekaligus menegaskan komitmen Untag Surabaya dalam melahirkan sumber daya unggul untuk mendorong kemajuan bangsa menuju tercapainya Asta Cita Nasional. (Gisela)