Refleksi Lahirnya Pancasila, Menggali Nilai Juang Bung Karno dalam Dunia Pendidikan

  • 20 Juni 2025
  • 298

Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya menggelar acara bertajuk "Refleksi Lahirnya Pancasila: Putra Sang Fajar Mencari, Menggali, dan Mempersembahkan Pancasila" pada Rabu 18 Juni 2025, di Auditorium Lt. 6 R. Ing. Soekonjono Untag Surabaya.


Kegiatan ini digelar sebagai bentuk penghormatan atas peran besar Bung Karno dalam merumuskan dasar negara serta relevansi nilai-nilai Pancasila dalam dunia pendidikan dan kebangsaan masa kini.


Refleksi ini dihadiri oleh seluruh pejabat struktural di bawah lingkungan YPTA Surabaya. Acara diawali dengan penampilan Tari Remo “Bolet” oleh siswa SMA 17 Agustus 1945 (SMATAG) Surabaya, yang menggambarkan semangat perjuangan dan keberanian di medan laga.


Kelompok Indonesia Merayakan Perbedaan (IMP) sebuah perkumpulan para Tokoh Rohaniawan dari agama-agama yg diakui di Indonesia yang bersama-sama dalam visi menyuarakan dan mensosialisasikan toleransi antar umat beragama demi perdamaian bangsa Indonesia, tampil membawakan lagu dengan tajuk "forum beda tapi mesra" yang menandai keberagaman sebagai kekuatan bangsa. 


Selanjutnya pembacaan puisi berjudul“Persetujuan dengan Bung Karno” oleh Adinda Dyah Pitaloka, selaku Tenaga Kependidikan YPTA Surabaya, yang turut menguatkan suasana reflektif terhadap perjuangan sang Proklamator.


Rektor Untag Surabaya, Prof. Dr. Mulyanto Nugroho, M.M., CMA., CPA., dalam sambutannya mengajak seluruh peserta untuk merenungi kembali jejak perjuangan Bung Karno. Ia menekankan pentingnya menghidupkan semangat “Jas Merah”, singkatan dari “Jangan sekali-kali melupakan sejarah”, khususnya dalam dunia pendidikan.


“Bung Karno adalah pemikir besar. Di tengah keterasingannya, beliau menggali nilai-nilai Pancasila yang hari ini menjadi perekat bangsa. Pancasila bukan sekadar simbol, tapi gagasan besar untuk mempersatukan keragaman Indonesia,” ungkap Prof. Mulyanto (18/6)


Ia menambahkan, relevansi pemikiran Bung Karno sangat erat dengan pendidikan. 


“Pendidikan harus menanamkan karakter pejuang, nasionalis, cerdas, dan solutif. Di Untag Surabaya, nilai patriotisme telah menjadi penciri,” ujarnya


Tak hanya menekankan nilai karakter, Prof. Nugroho juga menyampaikan bahwa Untag Surabaya terus berinovasi setiap tahun. Semua pejabat kampus diwajibkan menandatangani kontrak inovasi tahunan sebagai bentuk komitmen terhadap kemajuan institusi.


Ketua YPTA Surabaya, J. Subekti, S.H., M.M., turut menyampaikan paparan reflektif mengenai perjalanan Bung Karno dalam menggali Pancasila. Ia menyebut bahwa penggalian nilai-nilai luhur tersebut terjadi dalam perenungan panjang, termasuk saat Bung Karno diasingkan di Ende, Nusa Tenggara Timur.


“Di bawah pohon sukun yang kini dikenal sebagai Pohon Pancasila, Bung Karno merenungkan bagaimana menyatukan bangsa ini. Pemikirannya saat itu jauh melampaui zamannya,” ujar J.Subekti (18/6)


Suasana semakin khidmat dan berkesan saat J. Subekti menyanyikan lagu “Bung Karno – Bersuka Ria” usai pemaparan materi. Lagu ini dinyanyikan dengan penuh semangat dan menjadi simbol keakraban dan rasa bangga terhadap warisan pemikiran Bung Karno.


Kegiatan dilanjutkan dengan kesan dan pesan yang disampaikan oleh para mitra strategis kampus, seperti Direktur Utama PT. Jatayu, Antonius Ambar Widodo, yang menekankan pentingnya pembentukan karakter pemimpin melalui proses, bukan kelahiran semata.


“Pemimpin tidak dilahirkan, tapi dibentuk. Refleksi seperti ini sangat penting agar generasi muda memahami akar ideologi bangsa,” kata Anton


Hal senada disampaikan oleh Kriswanto, selaku perwakilan MIR Insurance, yang mengaku tersentuh dengan semangat acara. Ia menyampaikan bahwa kegiatan semacam ini membangkitkan kembali kesadaran akan pentingnya sejarah dan keberagaman dalam kehidupan berbangsa.


Dr. Rr. Amanda Pasca Rini, M.Si., Psikolog, Dosen Psikologi Untag Surabaya, memberikan apresiasi atas konsistensi Yayasan dalam menjaga semangat Pancasila. Ia berharap kegiatan seperti ini juga bisa menyasar siswa SMP dan SMA agar mereka memperoleh pemahaman sejarah secara langsung dari sumbernya.


“Pancasila itu bukan hanya dasar negara, tapi juga pandangan hidup yang harus terus ditanamkan, apalagi di tengah tantangan globalisasi dan digitalisasi,” ujarnya


Acara ditutup dengan penuh semangat kebangsaan melalui persembahan lagu “Tanah Airku” oleh anggota Indonesia Merayakan Perbedaan (IMP). Lagu ini menjadi penanda yang menyentuh akan cinta tanah air dan pentingnya menjaga nilai-nilai keindonesiaan dalam kebersamaan. Seluruh rangkaian acara berlangsung khidmat, reflektif, dan membangkitkan semangat nasionalisme yang kuat dalam diri para peserta. (Boby)



https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

\