Penelitian Arsitektur Kebangsaan Amalkan Nilai di Bulan Pancasila

  • 23 Juni 2025
  • VaniaS
  • 125

Pemersatu kebangsaan dilandasi oleh semangat toleransi antarumat beragama. Perbedaan agama justru menjadi kekuatan yang memperkaya dan membentuk persatuan Indonesia, sebagaimana keberagaman menjadi fondasi utama negara ini. Di momen Bulan Bung Karno dan Bulan Pancasila, semangat tersebut tercermin dalam sebuah penelitian bernuansa kebangsaan berjudul “Studi Konstruksi dan Material Arsitektur pada Naungan Atap Gereja Puhsarang Kediri.”


Penelitian ini berlangsung sejak April hingga Juni 2025, dilakukan oleh tim dari Program Studi (Prodi) Arsitektur Untag Surabaya yang terdiri atas tiga dosen, yaitu Febby Rahmatullah Masruchin, S.T., M.T. selaku ketua tim, bersama Dr. Ir. Ibrahim Tohar, M.T. dan Ir. Farida Murti, M.T. Ketiganya tergabung dalam Laboratorium dan Kelompok Riset Sains, Struktur, dan Budaya.


Mereka turut melibatkan tiga mahasiswa Arsitektur angkatan 2022, yakni Christian Farrelino, Apolinaris Remetwa, dan Riadi. Keterlibatan mahasiswa ini menjadi bagian dari metode pembelajaran di luar kelas, sekaligus bentuk integrasi antara materi pengajaran dengan praktik penelitian.


Gereja Katolik Stasi Santa Maria Puhsarang di Kota Kediri, yang dibangun sejak 1936, dipilih sebagai objek studi karena merupakan contoh nyata arsitektur vernakular Indonesia. Bangunan ini menyesuaikan diri dengan nilai dan budaya setempat, menjadikannya relevan sebagai simbol penerapan nilai-nilai kebangsaan dalam dunia arsitektur.


“Perkembangan zaman, kemajuan teknologi, dan arus globalisasi internasional memang tak terhindarkan, namun kita juga tidak boleh melupakan apa yang ada di bumi pertiwi sebagai bekal jati diri kita untuk maju. Sehingga, semangat menumbuhkan nasionalisme, patriotisme, kebangsaan, dan merah putih di dalam dunia arsitektur dapat diwujudkan dengan mengeksplorasi kekayaan pengetahuan dan teknologi arsitektur yang ada di Indonesia,” jelas Febby (20/6)


Pemilihan Gereja Puhsarang sebagai objek studi juga dilandasi oleh keyakinan bahwa perbedaan agama adalah kekayaan, bukan pemisah. Inilah yang menurut Febby menjadi alasan utama timnya mengkaji bangunan ini sebagai bentuk implementasi nilai kebangsaan di lingkungan civitas akademika Untag Surabaya.


Setelah resmi mendapatkan hibah penelitian skema reguler dari Untag Surabaya tahun 2025, banyak pihak mempertanyakan bagaimana mungkin seorang muslim meneliti gereja yang merupakan bangunan sakral bagi pemeluk agama lain.


Namun bagi Febby dan tim, justru melalui penelitian inilah mereka ingin menegaskan bahwa agama bukanlah penghalang dalam pengembangan ilmu pengetahuan di perguruan tinggi. Sebaliknya, nilai agama menjadi landasan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


“Justru agama merupakan pijakan awal kita dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara seperti tercantum pada Sila Pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. Karena sejatinya nilai-nilai Pancasila harus senantiasa diimplementasikan di dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam kegiatan penelitian bagi seorang dosen dan mahasiswa,” tegas Febby


Fokus kajian penelitian ini berada pada sistem konstruksi dan material pada naungan atap Gereja Puhsarang, yang merupakan bentuk adaptasi terhadap iklim tropis Indonesia. Berbeda dengan konstruksi atap konvensional, gereja ini menggunakan sistem kabel dengan pengikat ring, sistem yang tidak ditemukan pada bangunan lain di Indonesia.


Material penutup atap juga disesuaikan dengan sistem ikat yang unik. Kombinasi ini menghasilkan bentuk atap cekung yang aerodinamis dan maju untuk masanya, sekaligus menghadirkan estetika arsitektur yang menjadi daya tarik hingga kini.


Penelitian ini berjalan lancar berkat dukungan berbagai pihak, termasuk Laboratorium Sains Struktur dan Budaya, Program Studi Arsitektur, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Untag Surabaya, serta kerja sama yang baik dengan pihak pengelola gereja, Romo, arsitek, dan kontraktor yang terlibat dalam pelestarian Gereja Puhsarang.


Febby dan timnya berharap, temuan dari eksplorasi ini dapat menjadi pijakan untuk riset lanjutan yang dapat diterapkan pada bangunan masa kini. Dengan tetap berakar pada nilai-nilai Arsitektur Kebangsaan Indonesia, pendekatan tersebut diharapkan mampu menjawab tantangan perkembangan teknologi tanpa kehilangan jati diri budaya lokal.



https://untag-sby.ac.id
https://www.untag-sby.ac.id

Vania

Reporter

\