Hari Kebangkitan Nasional yang kita peringati setiap 20 Mei adalah tonggak sejarah tumbuhnya kesadaran kolektif bangsa Indonesia. Pada masa itu, kebangkitan diwujudkan melalui semangat bersatu dan melawan ketertinggalan. Hari ini, semangat itu harus kita hidupkan kembali, bukan di medan kolonialisme fisik, tetapi di ruang baru yang tak terlihat, dunia digital.
Sebagaimana para tokoh pergerakan terdahulu membangkitkan semangat kebangsaan melalui media cetak dan organisasi pemuda, di era ini kita dituntut untuk membangkitkan kesadaran digital nasional. Merawat kemerdekaan kini berarti menjaga ruang siber kita dari ancaman yang kian kompleks dan berisiko tinggi.
Ketika Dunia Maya Menjadi Medan Rawan
Indonesia sempat menduduki peringkat lima besar negara yang paling rentan terhadap serangan siber secara global. Pada 2016 saja, lebih dari 15 juta identitas digital penduduk terdampak. Kominfo bahkan menyebutkan bahwa Indonesia termasuk dalam sepuluh besar negara di dunia yang menjadi sasaran utama dalam serangan siber.
Lebih dari itu, kerugian ekonomi akibat kejahatan siber di Indonesia diperkirakan mencapai triliunan rupiah setiap tahunnya. Negara ini bahkan tercatat menyumbang sekitar 1,20% dari total kerugian global akibat serangan siber. Serangan tidak hanya menyasar individu, tetapi juga institusi strategis seperti perbankan, layanan kesehatan, dan sistem energi.
Namun ironisnya, masih banyak insiden terjadi bukan karena canggihnya teknologi penyerang, melainkan kelengahan pengguna. Celah justru terbuka karena kesalahan dasar, contohnya pengelolaan kata sandi yang lemah, klik sembarangan, atau abai terhadap pembaruan sistem. Maka, literasi keamanan digital harus menjadi pondasi pertahanan bangsa.
Kesadaran Siber sebagai Pilar Kebangkitan
Membangun sistem digital yang aman tidak cukup hanya dengan perangkat dan protokol teknis. Hal yang lebih mendasar adalah membangun budaya sadar risiko digital di seluruh elemen masyarakat, terutama di sektor publik dan pendidikan.
Keamanan siber bukan semata urusan ahli teknologi, tetapi harus menjadi tanggung jawab kolektif. Setiap individu, dari level pimpinan hingga pengguna akhir, perlu memahami bahwa tindakan kecil mereka dapat berdampak besar. Inilah bentuk baru dari semangat gotong royong, yaitu saling menjaga dalam dunia maya.
Membangun Kedaulatan di Ruang Digital
Saat ini, sebagian besar layanan publik di Indonesia masih bergantung pada infrastruktur digital luar negeri. Ini menyimpan risiko besar terhadap kedaulatan data nasional. Oleh sebab itu, kita perlu membangun pusat data nasional, sistem keamanan dalam negeri, serta mendorong pengembangan teknologi lokal secara terstruktur dan berkelanjutan.
Langkah ini sejatinya adalah bagian dari pelaksanaan nilai-nilai konstitusi. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menjamin hak atas pendidikan, termasuk literasi teknologi. Pasal 28 ayat (1) mendukung kolaborasi dalam menghadapi ancaman digital, dan Pasal 33 ayat (2) menekankan pentingnya penguasaan sumber daya strategis, termasuk informasi dan sistem digital.
Menguatkan Sinergi Nasional
Ancaman digital tidak mengenal batas institusi. Dibutuhkan sinergi nasional, antara kementerian, lembaga, akademisi, swasta, dan masyarakat sipil, untuk menghadapi tantangan bersama ini.
Hari Kebangkitan Nasional adalah saat yang tepat untuk menyerukan kebangkitan baru, kebangkitan digital Indonesia. Tidak cukup hanya sadar akan manfaat teknologi, tetapi juga harus paham risikonya, dan siap membela ruang digital kita dari gangguan luar.
Kebangkitan Zaman Baru
Kemerdekaan hari ini tidak lagi hanya ditentukan oleh batas geografis, tetapi juga oleh siapa yang menguasai data, sistem informasi, dan jaringan komunikasi. Dalam konteks ini, merawat kemerdekaan berarti memastikan bahwa setiap warga negara aman di ruang digital, bahwa sistem negara tidak mudah diretas, dan bahwa informasi publik tidak jatuh ke tangan yang salah.
Kebangkitan yang dulu diwujudkan lewat organisasi dan media cetak, hari ini harus dimanifestasikan dalam keamanan jaringan, kekuatan enkripsi, literasi digital, dan sinergi nasional. Inilah bentuk baru dari perjuangan. Inilah medan baru kemerdekaan.
*) Supangat, Ph.D., ITIL., COBIT., CLA., CISA, Wakil Dekan I Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya