Banyak lulusan baru merasa kecewa saat gagal dalam proses wawancara kerja, meskipun mereka memiliki nilai akademik yang sangat tinggi. Realitanya, di dunia kerja, nilai akademik hanyalah satu dari sekian banyak faktor yang dipertimbangkan perusahaan. Tidak sedikit yang kaget saat menyadari bahwa IPK tinggi saja belum cukup untuk bisa bersaing di pasar kerja yang kompetitif.
Perusahaan saat ini mencari kandidat yang tidak hanya pintar secara teori, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bekerja dalam tim, menyampaikan ide secara efektif, dan menyelesaikan masalah secara mandiri. Inilah yang disebut dengan soft skill atau keterampilan non-akademik. Keterampilan ini justru sering menjadi penentu utama dalam seleksi kerja, terutama saat tahap wawancara.
Beberapa keterampilan yang paling dicari saat ini antara lain kemampuan komunikasi interpersonal, pemecahan masalah (problem solving), kemampuan beradaptasi terhadap perubahan, dan manajemen waktu. Dalam wawancara, pewawancara akan menggali sejauh mana calon karyawan bisa merespons situasi sulit, bekerja lintas divisi, atau menyelesaikan konflik. Calon yang punya pengalaman organisasi atau proyek pribadi seringkali lebih menonjol meskipun IPK-nya tidak sempurna.
Karena itu, penting bagi mahasiswa dan fresh graduate untuk mulai membangun soft skill sejak dini. Bergabung dalam organisasi, mengikuti kegiatan volunteer, ikut komunitas, atau mengambil kesempatan magang bisa melatih berbagai kemampuan praktis. Termasuk juga membiasakan diri melakukan presentasi atau berbicara di depan umum untuk meningkatkan kepercayaan diri dan komunikasi.
Dunia kerja saat ini bergerak cepat dan penuh tantangan. Mereka yang mampu beradaptasi, bekerja sama, dan tetap produktif dalam tekanan adalah yang paling dibutuhkan. Nilai akademik tetap penting, tapi pengalaman nyata dan karakter kuat adalah bekal utama untuk bisa berkembang dan bertahan di dunia profesional. Jadi, jangan hanya fokus pada IPK—bangun juga dirimu secara utuh.
Reporter
