Tak pernah terbayang sebelumnya oleh Adinda Azzah Ramadani Shelonita, siswa kelas XI-4 SMA 17 Agustus 1945 (SMATAG) Surabaya, bahwa ia akan berdiri di atas panggung, membacakan puisi karyanya sendiri, dan pulang membawa gelar Juara 2. Lomba Membaca Puisi bertema “Semangat Perjuangan Bung Karno” yang digelar oleh Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya pada Jumat, 20 Juni 2025, menjadi ajang pertamanya tampil membaca puisi di depan umum.
Digelar di Auditorium Lantai 6 Gedung R. Ing. Soekonjono, Untag Surabaya, lomba ini diikuti peserta dari mahasiswa Untag Surabaya, Siwa SMP 17 Agustus 1945 (SMPTAG) Surabaya, dan Siswa SMATAG Surabaya. Adinda tampil penuh semangat dan keberanian. Puisinya yang berjudul “Sang Singa Podium” ditulisnya sendiri, secara khusus untuk kompetisi ini.
“Awalnya saya tidak merasa punya bakat membaca puisi. Saya lebih suka menulis saja. Tapi karena ingin mencoba sesuatu yang baru, saya memberanikan diri,” ujar Adinda saat diwawancarai (22/6)
Dorongan untuk ikut lomba datang dari dua guru SMATAG Surabaya Devy Qurrotu Ainy, S.Pd., Guru Bahasa Indonesia, dan Qoyyimah, S.Pd., Gr., Guru Sejarah. Keduanya mengajak Adinda sesaat setelah ujian berakhir. Dalam waktu singkat, hanya lima hari, Adinda mulai menulis puisi, lalu menjalani latihan intens selama empat hari. Bahkan, ia sempat kehilangan suara karena begitu total saat latihan.
“Jam 12 malam ide saya baru muncul, lalu saya langsung menulisnya. Besok paginya saya langsung minta persetujuan ke guru saya dan mulai latihan serius,” kenangnya
Puisi “Sang Singa Podium” bukan sekadar rangkaian kata. Di dalamnya, ia menyisipkan kisah perjuangan Bung Karno, mulai dari tempat kelahiran hingga masa pengasingannya. Unsur sejarah dan emosi berpadu menjadi narasi yang menggugah.
Ketika nama Adinda diumumkan sebagai juara kedua, ia nyaris tak percaya. Tangis haru tak terbendung, gemetar mengalahkan rasa percaya diri yang selama ini disimpannya rapat-rapat.
“Saya sampai tidak kuasa menahan air mata. Rasanya seperti mimpi. Ini pengalaman luar biasa yang akan saya kenang terus,” ungkapnya dengan penuh syukur.
Adinda menitipkan pesan untuk teman-teman seusianya, terutama mereka yang mungkin masih ragu untuk mencoba hal baru, atau merasa belum cukup percaya diri untuk tampil di depan umum.
“Tetap percaya pada diri sendiri. Rezeki tidak akan tertukar, dan hasil tidak akan mengkhianati usaha. Kalau saya yang tidak punya pengalaman saja bisa, kalian juga pasti bisa,”
Pengalaman ini menjadi titik balik bagi Adinda. Dari seorang penulis sunyi yang lebih suka diam di balik kata, kini ia berani menyuarakan isi hati di hadapan banyak orang. Dan siapa sangka, keberanian pertamanya justru membawanya pulang dengan prestasi. (Boby)