Di era digital yang serba cepat, kemampuan bercerita justru menjadi semakin bernilai. Di balik setiap iklan yang menggugah, caption yang viral, dan konten yang menginspirasi, selalu ada narasi kuat yang menyertainya.
Kesadaran inilah yang menjadi dasar digelarnya Seminar Copywriting and Creative Writing oleh Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Untag Surabaya pada Kamis, 22 Mei 2025, di Ruang Q210 Lt. 2 Graha Prof. Dr. H. Roeslan Abdulgani.
Seminar ini menarik minat mahasiswa lintas program studi, mulai dari Sastra Inggris, Ilmu Komunikasi, Ilmu Hukum, Manajemen, hingga Teknik Informatika. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan menulis kreatif dan copywriting kini menjadi kebutuhan di berbagai bidang.
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Untag Surabaya, Mateus Rudi Supsiadji, S.S., M.Pd., dalam sambutannya menyoroti refleksi menarik tentang realitas akademik dan dunia kerja di era artificial intelligence (AI).
Dekan FIB Untag Surabaya, Mateus Rudi Supsiadji, S.S., M.Pd., dalam sambutannya menyoroti refleksi menarik tentang realitas akademik dan dunia kerja di era artificial intelligence (AI).
“Kini banyak mahasiswa menggunakan AI untuk menyelesaikan tugas, dan hal itu menjadi tantangan sekaligus peluang. Kita harus tetap independen dari AI. Kreativitas manusialah yang tak tergantikan. Copywriting adalah salah satu skill yang menjadi peluang besar ke depan. Bahkan jurnalis dan penerjemah mulai tergeser, tetapi copywriter justru dibutuhkan,” ujarnya (22/5)
Ia juga mendorong mahasiswa untuk terus mengasah kemampuan menulis yang komunikatif dan autentik sebagai modal bersaing di tingkat global.
Materi utama seminar disampaikan oleh A.A.I. Prihandari Satvikadewi, S.Sos., M.Med.Kom., dosen Ilmu Komunikasi Untag Surabaya, dengan judul “Storytelling in the Digital Age : How To Write Engaging Narratives For Social Media”.
Dalam paparannya, ia mengupas bagaimana kekuatan narasi mampu membangun komunikasi yang bermakna dan meningkatkan keterlibatan audiens, khususnya di media sosial.
Beberapa poin penting yang disampaikan:
1. Storytelling memperkuat koneksi emosional antara penulis dan audiens.
2. Storytelling membutuhkan elemen seperti karakter, konflik, dan resolusi.
3. Konten media sosial harus disampaikan dengan gaya yang santai namun otentik.
4. Visual dan emosi adalah komponen penting dalam menyampaikan cerita yang berdampak.
5. Tips praktis untuk menulis efektif di media sosial, seperti memilih kisah yang relatable, menggunakan visual menarik, dan menyusun narasi dengan tujuan yang jelas.
Setelah sesi materi, suasana dibuat santai lewat sesi ice breaking, lalu dilanjutkan tanya jawab yang berlangsung aktif. Peserta yang berani bertanya mendapat apresiasi berupa bingkisan dari panitia.
Seminar ditutup dengan foto bersama sebagai dokumentasi sekaligus simbol kolaborasi antarprodi dalam memperkuat literasi digital dan kreativitas mahasiswa. (Boby)