Peran perempuan dalam pembentukan kebijkan publik menjadi topik menarik pada web seminar nasional yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya melalui platform Zoom, Kamis 16 Juli 2020.
Zarita Amalia Menteri Pendidikan, Riset dan Kreativitas BEM Untag Surabaya pada kesempatan mengisi materi terkait kejahatan seksual menyebutkan bahwa, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan untuk meminimalisir kejahatan seksual, yaitu dengan cara pencegahan.
‘’Kita harus mencegah supaya tidak menjadi pelaku dengan cara penguatan norma sosial dan budaya, mencegah supaya tidak menjadi korban dengan memberanikan diri melaporkan kepada pihak berwajib jika ada perbuatan yang berpotensi pada kejahatan seksual’ ujar Zarita.
Sementara itu terkait Woman Gender and Development, Irmasanthi Danadharta, S.Hub.Int., MA., menekankan seharusnya hak dan kesempatan yang diberikan terhadap laki-laki dan perempuan itu sama, akan tetapi norma yang berlaku pada kenyataannya membuat hal tersebut menjadi sulit diwujudkan.
‘’Perempuan memiliki hak dan kesempatan yang sama dengan laki laki. Namun budaya dan norma yang berlaku sangat jauh berbeda. Ini merupakan masalah keadilan atau ketimpangan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan,’’ ujar dosen Ilmu Komunikasi Untag Surabaya tersebut.
Di sisi lain, Ketua Umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati, S.H., yang juga menjadi narasumber pada webinar tersebut menyampaikan, diskriminasi terjadi karena adanya kontruksi gender yang terbentuk pada masyarakat.
‘’Disikriminasi tidak hanya terjadi kepada pihak perempuan saja, namun hal tersebut juga terjadi padi laki-laki. Sebagai contoh ketika laki-laki jatuh dan menangis, maka orangtua akan merasa heran kenapa laki-laki harus menangis,'' jelas Asfinawati pada peserta webinar.
Hal tersebut menurut Asfinawati merupakan akar permasalah yang ditimbulkan akibat kontruksi gender.
Reporter
